Kisah Dalam Mengingkari Bidah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi
Kisah Dalam Mengingkari Bid’ah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab Ahsanul Bayan min Mawaqifi Ahlil Iman karya Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Wahid rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 7 Jumadal Awwal 1440 H / 14 Januari 2019 M.
Download juga kajian sebelumnya: Kejujuran dalam Mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Download kitab أحسن البيان من مواقف أهل الإيمان” versi PDF di sini
Kajian Tentang Kisah Dalam Mengingkari Bid’ah – Kitab Ahsanul Bayan
Penulis memberikan muqaddimah dimana beliau berkata bahwa kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa adalah merupakan keburukan bagi individu dan jama’ah. Kemaksiatan merupakan sebab dari kehancuran, kebinasaan, sebab kehinaan, sebab kefarkiran, sebab tersebarnya penyakit-penyakit yang mematikan, sebab kalahnya kita kaum muslimin dihadapan musuh-musuhnya.
Tidaklah kita lemah melainkan setelah kita bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beliau berkata bahwa kemaksiatan-kemaksiatan merupakan sebab bagi seluruh keburukan. Beliau berkata juga bahwa maksiat merupakan sebab bagi kecelakaan di dunia dan di akhirat.
Apa yang mengeluarkan kedua orang tua? Yakni Adam dan Hawa dari surga, dari tempat yang penuh dengan kenikmatan? Kemudian dikeluarkan ke dunia, negeri yang penuh dengan kesedihan, Apa yang mengeluarkan mereka berdua? Jawabannya adalah maksiat.
Apa sebabnya kaum Nuh ditenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jawabnya adalah maksiat. Apa yang menyebabkan Allah tenggelamkan Firaun dan bala tentaranya? Jawabannya adalah maksiat.
Apa yang menyebabkan kaum ‘Ad dihancurkan oleh Allah? Allah jadikan seperti batang pohon kurma yang sudah lapuk. Apa yang menyebabkan itu? Jawabnya apa adalah maksiat.
Apa yang menyebabkan Qarun dan hartanya ditenggelamkan di bumi? Jawabannya adalah maksiat. Oleh karena itu di dalam surah Al-‘Ankabut ayat 41 Allah berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ ۖ…
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya…” (QS. Al-Ankabut[29]: 40)
Juga Allah berfirman:
…فَأَهْلَكْنَاهُم بِذُنُوبِهِمْ…
“…kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri…” (QS. Al-An’am[6]: 6)
Apabila kalian tahu dan yakin bahwa kemaksiatan dan dosa-dosa merupakan sebab dari tersebarnya musibah-musibah dan keburukan-keburukan pada umat dan pada individu, ingat juga bahwa bid’ah lebih buruk daripada maksiat.
Bid’ah bukan sesuatu yang sepele. Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata bahwa bida’ah lebih buruk daripada maksiat, sebagaimana yang dikatakan oleh Sufyah Ats-Tsauri rahimahullah:
البدعة أحب إلى إبليس من المعصية، فإن المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
“Bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada maksiat. Karena orang yang berbuat maksiat ada harapan bertaubat, adapun bid’ah jauh dari itu.”
Orang yang melakukan maksiat tahu bahwa perbuatan yang dilakukan adalah dilarang dan dia ingin bertaubat. Adapun orang yang melakukan amalan yang dia sangka benar padahal bid’ah, dia tidak tahu kalau dia melakukan perbuatan yang salah dan keliru.
Makna Bid’ah
Banyak diantara kita dari kaum Muslimin yang tidak pernah membaca kitab, tidak pernah ngaji, lalu asal ngomong tentang bid’ah. Hendaknya ketika kita mendefinisikan sesuatu, kita kembalikan kepada definisi ulama. Tidak boleh kita mengarang-ngarang. Lebih baik yang tidak punya ilmu, diam.
Al-Imam Syathibi rahimahullah mendefinisikan bid’ah dalam kitabnya Al-I’tishom bahwa bida’ah adalah:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
“Sebuah tata cara dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at, yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Berarti bukan dalam urusan dunia. Kalau urusan dunia, membangun sekolah, memakai mobil, naik kendaraan motor, dizaman Rasul tidak ada. Tapi bukan bid’ah. Bid’ah itu dalam urusan agama.
Jadi bid’ah dalam urusan agama, bukan urusan dunia.
Setan bersemangat ingin memindahkan seseorang atau mengeluarkan seseorang dari keimanan kepada kekafiran, dari tauhid kepada kesyirikan. Kalau tidak bisa membuat orang menjadi kafir, maka berikutnya yaitu mengeluarkan seseorang dari sunnah kepada bid’ah. Kalau tidak sanggup, setan berusaha mengeluarkan manusia dari ketaatan kepada maksiat. Ini urutannya.
Urutan pertama, berusaha agar manusia menjadi kafir. Urutan yang kedua, berusaha agar manusia tidak senang dengan sunnah dan senang kepada bid’ah. Ketiga, mengeluarkan manusia dari ketaatan kepada maksiat.
Maka ulama berkata bahwa kunci kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan Tauhid, dengan sunnah dan dengan ketaatan. Dan kesengsaraan engkau di dunia dan di akhirat kelak adalah dengan kesyirikan, dengan bid’ah, dan dengan maksiat.
Oleh karena itu ada sebuah faedah dari ulama atau perkataan yang sering disampaikan oleh ulama, bahwa bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada perbuatan maksiat.
Apa dalilnya?
Simak pada menit ke – 17:02
Download Kajian Tentang Kisah Dalam Mengingkari Bid’ah – Kitab Ahsanul Bayan
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46491-kisah-dalam-mengingkari-bidah/